... YANG SAYA TAHU HANYA BEKERJA...BEKERJA DAN BEKERJA...
Lima belas tahun lalu ketika saya menginjak sekolah menengah atas, pikiran awam SMP yang konon dari pedesaan membuat saya tidak mengerti dengan semboyan yang dingiangkan dalam telinga saya oleh semua senior di SMA tempat saya belajar... Sekolah itu kebetulan memiliki semboyan ... "Karmany eva dhi karaste ma phalecu kadacana, ma kharma phala hetur bhur mate sango stwa akarmany..." (Bhagavadgitha). Sloka itu mempunyai arti detail yang saya sendiri tidak pernah ingat dengan detail. Yang saya pahami adalah terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini.. " Bekerjalah dengan ikhlas tanpa pernah memikirkan hasil, dengan demikian Aku (Tuhan) akan menerima hasil pekerjaanmu dengan cara yang sama pula.
Sebagai orang yang berasal dari keluarga kurang mampu saya memang sejak kecil dihadapkan dengan hidup yang serba kekurangan, fasilitas yang serba tidak berkecukupan, namun yang kemudian saya syukuri satu hal yang kami miliki secara berkecukupan adalah semangat dan didikan dari kedua orang tua saya yang bekerja sebagai buruh dan ibu (alm) yang notabene tamatan SMP namun mempunyai pandangan dan prinsip mungkin lebih tinggi dari pada diri saya sekarang yang konon sudah sarjana tinggi, namun saya tidak yakin saya mampu pernah menyamai didikan seorang ibu saya...
Yang ibu saya tahu mungkin adalah bekerja dan bekerja karena tanggung jawabnya memberikan saya kehidupan. Mengeluh? Tidak pernah saya dengar. Sifat Iri? Tidak pernah saya rasakan. Yang kadang kala saya lihat hanya Ibu kadang kala menangis... Yang entah apa sebabnya, saat itu saya tidak pernah tahu. Namun kemudian saya lihat ketika ibu berdoa mendoakan saya, ibu menangis. Ketika saya berhasil meraih suatu prestasi kecil di sekolah SD, SMP,SMA tingkat daerah sampai nasional ibu juga menangis. Bahkan ketika momen terbesar untuk sebagian orang tua yang berbahagia anaknya lulus menjadi seorang dokter, ibu saya juga menangis.
..... ternyata beliau menangis bahagia...
Berangkat dari teladan yang diberikan oleh ibu saya dan kedua orang tua saya.. Apakah saya bisa, walaupun sedikit namun ada...? You'll never know until you try and give your best effort... saya tidak akan pernah tahu sampai saya datang dan mencoba dan memberi yang terbaik dari diri saya...
Seorang yang penuh keterbatasan seperti sosok ibu saya yang dalam kedaan sakit permanen saja mampu, apakah saya harus menyerah?
never try never know...
Saya dalam keseharian dengan banyak gagasan kecil dan sederhana, pun demikian jalan yang saya harus tempuh tidaklah mulus dan lurus, jalanan begitu terjal, licin, banyak halangan dan rintangan, sedemikian kompleks hambatan yang ada......
Kemudian muncul pertanyaan "...apakah karena begitu keras jalan ini saya harus mengurungkan niat saya untuk maju, dan memilih untuk hanya menunggu dan diam mati membusuk di tempat yang tidak jelas...
Sadar atau tidak banyak orang memilih untuk diam, dengan dalih .. agh jalani saja apa adanya, cukuplah untuk warga desa kecil seperti kita segitu aja... Komentar saya : prihatin...
Melihat kesempatan untuk memajukan daerah dan mengabdi dengan tulus sesuai prasyarat seorang yang tidak terlalu pintar seperti saya, sepertinya yang mampu mewakili semangat saya hanya kalimat ...yang saya tahu hanya bekerja, bekerja dan bekerja saja... saya bukan orang birokrat yang mengerti dengan semua urusan kedinasan yang begitu ribet (walaupun perlu tahu), saya juga bukan praktisi profesional yang bisa mengajar dengan baik (mungkin), saya hanya mampu berpikir sederhana satu hal, jika kita jalan di jalan yang benar pasti kita tidak tersesat... Jadi buat apa kita hanya cemas di alam rencana, tapi tidak bergerak maju. Apakah keberhasilan itu ada di alam rencana? Tidak !! saudara-saudara. Keberhasilan hanya ada di alam tindakan. Jadi apa yang ada di pemikiran saya hanya )sekali lagi) bekerja... bekerja... dan bekerja...
Salam
Berangkat dari teladan yang diberikan oleh ibu saya dan kedua orang tua saya.. Apakah saya bisa, walaupun sedikit namun ada...? You'll never know until you try and give your best effort... saya tidak akan pernah tahu sampai saya datang dan mencoba dan memberi yang terbaik dari diri saya...
Seorang yang penuh keterbatasan seperti sosok ibu saya yang dalam kedaan sakit permanen saja mampu, apakah saya harus menyerah?
never try never know...
Saya dalam keseharian dengan banyak gagasan kecil dan sederhana, pun demikian jalan yang saya harus tempuh tidaklah mulus dan lurus, jalanan begitu terjal, licin, banyak halangan dan rintangan, sedemikian kompleks hambatan yang ada......
Kemudian muncul pertanyaan "...apakah karena begitu keras jalan ini saya harus mengurungkan niat saya untuk maju, dan memilih untuk hanya menunggu dan diam mati membusuk di tempat yang tidak jelas...
Sadar atau tidak banyak orang memilih untuk diam, dengan dalih .. agh jalani saja apa adanya, cukuplah untuk warga desa kecil seperti kita segitu aja... Komentar saya : prihatin...
Melihat kesempatan untuk memajukan daerah dan mengabdi dengan tulus sesuai prasyarat seorang yang tidak terlalu pintar seperti saya, sepertinya yang mampu mewakili semangat saya hanya kalimat ...yang saya tahu hanya bekerja, bekerja dan bekerja saja... saya bukan orang birokrat yang mengerti dengan semua urusan kedinasan yang begitu ribet (walaupun perlu tahu), saya juga bukan praktisi profesional yang bisa mengajar dengan baik (mungkin), saya hanya mampu berpikir sederhana satu hal, jika kita jalan di jalan yang benar pasti kita tidak tersesat... Jadi buat apa kita hanya cemas di alam rencana, tapi tidak bergerak maju. Apakah keberhasilan itu ada di alam rencana? Tidak !! saudara-saudara. Keberhasilan hanya ada di alam tindakan. Jadi apa yang ada di pemikiran saya hanya )sekali lagi) bekerja... bekerja... dan bekerja...
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar